Singapore Expo, May 6th 2015.
Orang-orang tak kunjung berhenti lulu lalang dihadapanku, gedung sangat ramai dan gaduh penuh dengan keluarga yang sedang berlibur atau sepasang kekasih menunjukan kemesraannya dan juga sekelompok mahasiswa yang sedang belajar untuk ujian yang akan datang. Aku pun duduk disini memandangi kertas penuh dengan rumus ekonomi moneter, goverment policy, taxes, blablabla. Sebenarnya percuma juga aku memandanginya karena tak satupun masuk ke dalam otakku, aku pura-pura sibuk dengan membolak-balik kertas pelajaran ini. Ini adalah ujian-ujian terakhirku sebelum akhirnya aku lulus dari Nangyang University, aku bahkan belum yakin bila aku memang ingin menjadi akuntan atau ahli ekonomi. Tapi setidaknya aku sudah memiliki suami yang sangat mendukungku menyelesaikan kuliahku, dan aku ingin cepat-cepat agar ini selesai! Kuliah bukan waktu terbaikku. Hanya penuh dengan anak-anak muda yang selalu berpesta seperti binatang malam saja, aku sudah terlalu tua untuk itu semua. Tak henti-hentinya aku aku mengecek jam tangan dan kubuka tutup layar handphoneku yang bermerk buah itu, masih ada 20 menit lagi sampai ujian dimulai. Ya Tuhan, waktu tak pernah terasa lebih lama! Tiba-tiba lamunanku buyar karena ada gadis remaja yang berbadan sangat kecil menyapaku dengan Bahasa Inggris. Ia bertanya mengapa banyak sekali murid yang sedang belajar disini, padahal ini kan gedung expo. Aku jawab saja karena ujiannya diadakan di gedung ini walaupun kuliahnya berada di sisi barat Singapur, ia mengenalkan diri kalau ia adalah warga negara Indonesia yang sedang menghadiri seminar. Ia terlihat ingin berbincang denganku lebih lama tapi aku sudah harus bersiap-siap masuk. Aku akhirnya berpura-pura melihat jam tanganku sebelum aku pamit kepadanya tapi ia bertanya siapa namaku, kujawab langsung "Isabelle" dan ia membalas dengan namanya, aku tidak terlalu mendengarnya tapi ia menyalamiku dan mendoakan aku semoga berhasil. Aku akhirnya tersenyum kepadanya dan pergi menuju ruangan ujian. Setiap langkah yang kuambil penuh dengan tekad, terimakasih atas semangatnya adik kecil. Satu kali lagi goresan pena, dan akhirnya aku bisa menghembuskan nafas panjang yang telah kutahan selama 4 tahun ini.
![]() |
TKP |
So the story above it about a Singaporean girl who was sit next to me when i was waiting for my family. Its a true story but im writing as if it's her point of view, i dont know why but it seems interesting. I did talk to her and she's nicer than what i wrote but bcs its her pov I'd like to write something like that. All the facts are a true data (except the husband one im not technically sure bcs its just based on my observe from a ring on her finger) Too bad i didnt get to take a picture of her it would seems to be more believeable lol. This story just prove of how weird my hobby is, isnt it? I might wrote about you secretly, watch out :p
No comments:
Post a Comment