Friday, July 29, 2016

When I Build A Rollercoaster For Just A Week.

Ada waktu dimana gue merasa senang sehingga menangis.
Seperti ketika gue menonton konser penyanyi favorit gue di tempat paling dekat dengannya.

Ada waktu dimana gue merasa gugup.
Seperti waktu gue MC pertama kali di depan seluruh SMA padahal waktu itu gue masih di bangku kelas 10. Sampai semalam sebelumnya gue nggak bisa tidur sama sekali.

Ada waktu dimana gue takut.
Seperti waktu gue bikin suatu hadiah dan takut apabila sang penerima tidak menyukainya. Dan sang penerimanya, tidak hanya 1 orang.

Dan dalam seminggu terakhir ini...
Gue merasakan semuanya dengan berurutan.
Merasakan adrenalin ketika mengendarai wahana roller coaster pertama kalinya.

Selama SMA gue nggak pernah merasa ada sesuatu yang worthed untuk gue habiskan segala usaha untuk memperjuangkannya. Gue selalu menganggap remeh, karena gue tahu gue bakal selalu melampauinya. UN pun saking tidak perdulinya, ketika pembagian hasil, gue hanya melihat tulisan "lulus" lalu gue sudah tidak pernah mengutiknya lagi.

Ketika orang bertanya, kemana aku akan melanjutkan kuliah? Aku menjawab, akan ke sekolah film, tapi pendaftarannya masih lama. Waktu itu, masih 3 bulan lagi.

Berkali-kali gue bilang, "Masih lama."
Sampai akhirnya tiba harinya.

Waktu itu hanya mengumpulkan portofolio dan formulir saja. Jadi, gue masih kembali santai, karena finalis akan dipanggil 1 bulan lagi.

Tiba-tiba ada email masuk, menerangkan semua time line. Dan tertera "finalist will be informed 2-3 days prior to the interview. Interview will be between 25-29th July."

Yang berarti, yang bukan finalist tidak akan di informasikan.
Yang berarti, yang finalis akan dihubungi 2-3 hari sebelum interview.

Karena gue sudah lama sekali menunggu waktu ini, gue harapkan kalau tanggal 25 lah waktu interviewnya. Yang berarti gue mungkin akan di telfon sekitar tanggal 20an. Gue selalu me refresh inbox email gue. Menunggu datangnya tanda-tanda. Tetapi, tanggal sudah menduduki angka 25 Juli. Dan, tidak kunjung-kunjung adanya sesuatu tanda.

Gue curhat ke temen-temen gue, gue panik, gue grogi. Akhirnya gue merasakan perasaan ini, ketika gue menginginkan sesuatu sangat penting untuk hidup gue, dan merasa sangaaaaat takut, untuk tidak mendapatkannya.

Dan temen-temen gue selalu support gue, "Santai ca, kan masih tanggal 29 terakhir. Bakal di telpon kok. Lupain aja kalo lo lagi nungguin ini."
Yang lucunya, ada 1 temen gue yang bilang. "Hari ini kok lo di telfon."
Dan entah apakah dia salah satu dari penguji kuliah gue, tapi Alhamdulillah, bener aja. Hari itu gue ditelfon.

Ketika gue sedang mengikuti advice temen gue untuk mencoba tidak terlalu memikirkannya. Gue pergi mengajak nyokap gue nonton film Rudy Habibie, film yang sebenarnya udah lama ada di bioskop tapi gue belom sempet-sempet nonton. Karena ini filmnya salah satu sutradara favorit gue, Mas Hanung. Gue nggak rela kalo ngelewatin filmnya di bioskop.

Kita lagi seneng-seneng aja, sampai ketika sudah masuk bioskop, dan film di mulai. Tidak berapa lama, hape gue geter-geter. Yang sangat kebetulan sekali, gue nggak matiin hape gue ketika nonton bioskop. Gue merogoh hape gue dari tas, mengira itu adalah panggilan dari pacar. Tapi yang tertera adalah nomer tak bernama. Lantas, tetep gue angkat. Tidak memperdulikan penonton bioskop lain yang sedang asik menonton.

"Halo...?"
"Halo, ini Arissa ya?"
"Iya betul. Dengan siapa ya?"
"Ini aku Edo, dari SAE Institute."
Dheg.
"Oh iya mas..."
"Ehm, selamat ya kamu jadi finalis scholarships."
"Alhamdulillah! Serius..?" *ngadep mama, yang tadinya nangis gara-gara nonton filmnya, jadi makin nangis gara-gara alasan yang berbeda*
"Iya, portofolio kamu lumayan. Kamu dateng interview ya hari Kamis, jam 10."
"Oh iya mas!!"
"Oke, ada yang mau ditanya??"
*grogi setengah mati, ga bisa mikir lagi*
"Ehm..." *nengok mama* "Ma ada yang mau ditanya?" *mama geleng-geleng* "Kayanya nggak mas..."
"Oke deh, makasih ya Arissa. See you."
"Iya mas makasih banyak!"

Gue langsung memeluk nyokap gue, nyokap gue hamdallah, ikut terharu, dan bilang "Udah dapet? 100%?" "Baru juga dipanggil ma..." mungkin nyokap gue melihat gue kesenangan banget.

Dan, setelah itu gue masih santai aja dan merasa bangga. Gue baru cari-cari tips and tricks buat interview yang baik baru tanggal 26 malam, dan pada tanggal 27nya. Gue mulai kalang kabut panik sendiri. Ngebayangin nanti ditanyain apa aja, cari-cari materi, nyusun kalimat yang ingin gue sampaikan, sampai latihan ngomong sendiri di depan kaca kayak orang gila. Untungnya rumah lagi kosong waktu itu.

Malam sebelum tanggal 28, gue merasa gue sudah cukup siap. Setidaknya gue tau apa yang mau gue omongin. Jadi gue mengontak semua keluarga gue, nenek gue, kawan-kawan gue, semua group yang gue hadiri, bahkan ke guru SMA sampai ke Pak Ustad, untuk meminta doa dari mereka semoga gue bisa mendapat beasiswa 100% yang selama ini gue damba-dambakan. Untuk mengangkat beban kedua orang tua karena mereka masih punya tanggung jawab untuk membiayai 3 anaknya, sedangkan papa sudah pensiun dan ibu hanya ibu rumah tangga (dan rumah kucing... Hehehe ampun mam)

Gue juga selalu berdoa, setiap shalat selama beberapa bulan terakhir, gue gak akan pernah lupa untuk bilang "Ya Allah... Semoga aku bisa mendapatkan beasiswa 100% Ya Allah..." dan sekarang gue tambahi dengan shalat sunnah.

Dan untung meringankan keadaan, gue menonton acara tv lokal yang berjudul "Mermaid In Love" untuk makin meyakinkan tujuan gue kenapa gue mau belajar di sekolah film. (if you know what i mean lol)

Keesokan harinya, gue sholat tahajud dan subuh, dan tidur lagi selama 1 jam untuk meringankan kantong mata. Alhamdulillah gue tenang-tenang saja, mandi, dandan, dan berpakaian yang rapih karena harus dress to impress. Tetapi, gue masih enggak nafsu makan. Gue berangkat jam setengah 8 pagi karena rumah gue yang sangat amat jauh dari calon kuliah gratis gue (amin) diantar kedua orangtua gue.

Di perjalanan, gue ingin sekali tidur, tetapi baru keluar perumahan aja udah macet, gue makin enggak tenang. Namun gue berusaha menikmati saja kemacetan ini, yang sepertinya lebih parah dari jaman gue sekolah dulu (padahal baru 3 bulan lulus)

Gue lalu menyalakan iPod dan mendengar lagu-lagu lama yang gue sengaja taro disitu. Gue mencoba tenang... Dan menikmati keadaan ini. Kebetulan lagu yang diputar waktu itu adalah Somebody nya Kings Of Leon. Pas banget sama suasana haha.

Gue memejamkan mata, dan gue mulai mengingat-ingat perasaan gue ketika gue ditelfon SAE tempo hari... Perasaan terkejut, bahagia dan terharu. Perasaan yang sudah lama tidak gue rasakan. Lalu gue bersyukur... Bersyukur atas kesempatan ini. Karena tidak semua orang bisa merasakannya. Hanya bila Allah mengizinkan... Dan gue berkata pada diri gue sendiri, bagaimanapun yang terjadi di ruang interview nanti, gue akan selalu ingat momen ini. Dan gue tidak akan pernah berhenti bersyukur.

Akhirnya tiba di SAE. Masih 1 jam menuju interview, karena sistemnya siapa yang datang duluan adalah yang masuk duluan, dan gue yang kedua datengnya, gue adalah urutan kedua. Gue berusaha tenang lagi, berkenalan dengan beberapa teman baru, yang merasa sama seperti apa yang gue rasakan. Tetapi gue masih nggak bisa fokus. Gue memperhatikan orang yang urutan pertama sudah masuk. Hanya hitungan menit sampai giliran gue. Setelah beberapa kali percobaan untuk bisa ngobrol seperti manusia biasa. Akhirnya orang "urutan pertama" itu keluar. Gue panik. Gue kira masih ada waktu lenggang sebelum gue masuk. Tetapi mba resepsionis langsung memanggil nama gue. Gue pergi masuk tetapi sebelumnya gue minta doa dari teman-teman senasib gue. Lalu gue berjalan mengikuti mba nya, gue berdoa di perjalanan yang singkat itu. Mba nya bertanya, "nervous nggak?" dan gue menjawab, "dari kemaren..."

Dia menunjukkan pintu ruangan dan gue disuruh masuk aja, gue ketok-ketok pintu, melihat seorang lelaki tinggi dengan rambut yang dikuncir. Gue salam sebelum gue duduk, dia menjawab, mempersilahkan gue duduk, dia memperhatikan gue yang dulu di foto pendaftaran masih belum pakai kerudung, dan pertanyaan pertama interview gue diawali dengan, "Coba ceritain dapet hidayah apa pengen pake kerudung?"

Interview singkat yang lumayan santai berakhir selama 30 menit. Tentu gue keluar dengan perasaan, "kenapa gue jawab gitu sih tadi???" dan tetap berfikir seperti itu sampai detik ini juga. Tetapi gue mencoba untuk ingat ketika gue berhasil menyampaikan apa yang ingin gue sampaikan dari kemaren, sebelum interview selesai.

Gue menarik nafas. Oke, tahap ini udah selesai.

Sekarang yang gue bisa lakukan adalah berserah diri. Besok. Adalah jawaban dari semuanya.

Awalnya gue takut, takut bila apa yang gue harapkan tidak terjadi. Tapi gue tau, apapun hasilnya, itulah yang terbaik.

Either way, gue bakal selalu berusaha untuk mencapai mimpi gue, untuk menjadi sutradara yang bisa sukses dunia & akhirat. Sutradara yang bisa turut serta dalam memajukan bangsa Indonesia.

23:08 PM.
29 Juli 2016.
Sehari sebelum pengumuman.
Ttd,
Arissa Purilawanti.

No comments:

Post a Comment