Saturday, December 30, 2017

It's Time To Begin, Isn't It?

Assalamualaikum wr, wb.

Ya gue baru aja mengutip lagunya Imagine Dragons, tapi itu sebenernya cuma kebetulan, gue cuma pengen pake kalimat itu.
Karena, telah tiba waktunya untuk memulai.
Memulai kembali.
Begin Again.

Seperti biasa, tak terasa sebentar lagi tahun baru. Sebentar lagi insyaAllah gue akan ulang tahun yang ke 20. Nggak sih gue nggak merasa tua. Gue malah bersyukur, karena dengan bertambahnya umur, akan bertambah lagi tahun yang akan gue lewati, dengan segala rintangan dan ujian-ujiannya yang ada, yang eventually akan mengasah mental gue menjadi lebih bijaksana. Ya, gue harap gue akan makin dewasa, bukan hanya makin tua.

Gue sudah merencanakan beberapa perubahan untuk tahun depan. Perubahan yang bisa dibilang cukup drastis. Banting setir istilahnya. Mungkin akan mengejutkan beberapa orang. Tapi ya bagaimana lagi. Perubahan harus dilakukan untuk memperbaiki sesuatu bukan?

Beberapa perubahan kecil telah gue lakukan di tahun ini.
Banyak yang gue pelajari dari semua perjalanan itu.

Tahun ini gue belajar untuk mencintai apa yang seharusnya dicintai.
Tahun ini gue belajar kalau setinggi apa pun derajat orang itu, dia hanya manusia yang sama-sama makan nasi.
Tahun ini gue belajar kalau semua orang mempunyai sama-sama mempunyai 24 jam 7 hari seminggu.
Tahun ini gue belajar kalau kita bisa dibenci karena berusaha menjadi baik.
Tahun ini gue belajar untuk hanya melakukan apa yang gue mau.
Tahun ini gue belajar kalau ternyata apa yang kulakukan dulu sangat salah.
Tahun ini gue belajar kalau manusia bisa salah.
Tahun ini gue belajar kalau persahabatan tidak terhitung waktu.
Tahun ini gue belajar kalau persahabatan berlandaskan visi yang sama, lebih indah dari yang bukan.
Tahun ini gue belajar kalau kesempatan selalu ada di luar sana.
Tahun ini gue belajar untuk tidak memperdulikan yang menurut gue tidak penting.
Tahun ini gue belajar kalau ternyata gue tidak salah untuk meresahkan apa yang selama ini gue pendam.
Tahun ini gue belajar apa itu arti belajar yang sesungguhnya.
Tahun ini gue belajar kalau orang yang selama ini gue hindari sebenarnya adalah orang yang seharusnya gue dekati.
Tahun ini gue belajar kalau belajar tidak harus di instansi belajar.
Tahun ini gue belajar kalau cinta yang tulus tidak perlu kita capek-capek perjuangkan.
Tahun ini gue belajar kalau tidak selamanya mereka yang mendukungmu di depanmu, juga sama di belakangmu.
Tahun ini gue belajar kalau tidak apa-apa untuk menjadi beda.
Tahun ini gue belajar kalau sebenarnya juga tidak apa-apa untuk menjadi sama seperti yang lain.
Tahun ini gue belajar untuk mengetahui arti kata tenang yang sebenarnya.
Tahun ini gue belajar kalau kesederhanaan akan membuahkan sesuatu yang lebih bahagia.
Tahun ini gue belajar kalau ternyata ada orang di luar sana yang mau menerima kita apa adanya.
Tahun ini gue belajar kalau berdagang tidak melulu soal untung.
Tahun ini gue belajar kalau yang dulu menghiburku, tidak lagi bisa menghiburku sekarang.
Tahun ini gue belajar kalau hidup terlalu singkat untuk terus melakukan apa yang biasanya ku lakukan dulu.
Tahun ini gue belajar kalau kita hanya terpisahkan oleh satu sapaan saja.
Tahun ini gue belajar untuk tidak terlalu berusaha memperjuangkan apa yang tidak pasti.
Tahun ini gue belajar untuk menerima kenyataan pahit dan tidak lagi pura-pura tidak tahu.
Tahun ini gue belajar kalau ternyata umur tidak selamanya.
Tahun ini gue belajar apa tujuan kita lahir di bumi ini.

Tahun depan akan makin banyak lagi yang akan ku pelajari. Tentunya tidak akan gampang memperoleh semua itu. Karena ini semua tentang proses.

And you haven't seen anything about me.

Bismillah.

Wassalamualaikum wr wb.

30/12/17

(sebenernya masih kurang sehari, besok gue belajar apa ya?)


Friday, December 29, 2017

Jadi Begini Cara Bikin Film Layar Lebar...

Banyak yang kepo tentang cerita gimana gue bisa ikut dalam produksi film layar lebar di usia yang cukup dini tanpa bantuan kampus (19 tahun, baru selesai semester 2) bahkan ada juga yang memuja muji, padahal sebenarnya di balik itu terdapat prosesi yang biasa-biasa saja.

Dan yang namanya jodoh ya nggak kemana.

Bermulai dari waktu bulan ramadhan, bulan ramadhan tahun ini bisa dibilang sangat turning point di hidup gue karena beda dengan sebelum-sebelumnya, tahun ini bener-bener tahun tobat gue lah istilahnya dari yang dulu amburadul kayak gimana. Banyak malam-malam gue habiskan untuk berdoa, apa lagi bulan itu gue juga lagi dihadapi ujian yang cukup bikin gue mumet sampe bisa bikin nangis waktu sholat. Pada bulan suci lah itu gue menyerahkan semuanya ke Allah SWT. Sabar aja karena gue percaya janji Allah. Dan lo harus juga.

Tibalah di penghujung ramadhan. Waktu tarawih, memang sempat di umumin kalau bakal ada talk show film 212 The Power of Love. Gue yang memang lagi nyari film yang islami, ya dateng dong ke acara itu. Cuma untuk nonton, gak ada niatan untuk ikutan. Akhirnya datanglah Mas Jastis, Bang Oji dan Ust. Erik Yusuf. Waktu itu gue nggak keliatan banget mukanya, soalnya shaf perempuan kan di belakang. Mereka memperkenalkan diri awalnya, bagus deh soalnya gue juga nggak tau mereka siapa. Kecuali Bang Oji, gue sempet nonton filmnya yang Mengejar Matahari, dan disitu dia serem haha. Mas Jastis kenalin dirinya, ternyata dia jagoannya film doku, pantesan gue nggak tau haha. Dan dia bilang, kalau selama ini dia main di doku karena takut main di fiksi yang tanggung jawab moralnya besar. Bikin film islami juga sekarang harus hati-hati, itu film tulus apa nyari cuan? Dan dengan penjelas Mas Jastis itu lah yang membuat gue tergugah, karena apa yang dia bicarakan, persis seperti apa yang selama ini gue pikirkan. Kita satu visi.

Itu yang membuat gue pengen ikutan. Tapi disitu gue sadar diri, gue masih bocah, ya kali bisa ikutan film gede gitu. Alhasil gue langsung pulang selepas acara. Padahal biasanya kalo acara gini gue bakal nyari orangnya dan minta nomer telefonnya.

Oya, mereka juga minta sumbangan dana karena film ini adalah film crowd funding atau dalam masalah ini, waqaf. Ya memang membuat film itu tidak murah. Selain doa, dukungan seperti ini yang akan sangat membantu. Tapi aku bisa apa untuk berdonasi...


Untuk beberapa waktu, gue meninggalkan ide itu.

Tapi gue berpikir, kalau aku tidak bisa berdonasi dalam bentuk uang, mungkin aku bisa berdonasi dalam bentuk tenagaku.

Dan akhirnya, tanggal 5 Juli, sehari sebelum syuting film pendek yang gue produserin. Dengan sok taunya, gue kontak Mas Jastis langsung. Iya gue nggak dapet nomer telefonnya. Tapi jaman sekarang udah bukan nomer HP atau email lagi. Tapi DM INSTAGRAM.

Ya, gue nge dm mas jastis. Untung ga di protect.

Dalam satu pesan itu, gue menjelaskan tentang kesamaan visi misi kita, dan keinginan gue untuk bisa ikut membantu mereka.

Itu juga nggak langsung di bales. Malah si doi update timeline tapi ga bales dm. Akhirnya gue comment aja di postingannya untuk ngecek DM gue, eh beneran di cek lho haha.

Akhirnya di bales dan minta dikirim CV. Terus udah. Lama ga dapet balesan. Dan tiba-tiba...

Tanggal 31 Juli, di suruh dateng ke kantornya jam 12.00 dan interview.

Dan itu situasinya gue baru bangun tidur abis berenang pagi-pagi. Oh itu juga baru banget mulai libur semester 2 :')

Reaksi pas dapet DM gitu gue langsung kaget dan excited banget tentunya. Tapi nggak mungkin banget waktu itu untuk gue bisa kesana. Akhirnya gue ngabarin dan minta di re-schedule.

Janjian besoknya, tapi pas udah otw doi bilang ternyata mereka lagi pergi dan di kantor gada orang. Untung masih di Cibubur.

Re-schedule lagi. Tapi nggak dibales-bales. Disitu gue agak lose hope. Dan akhirnya gue bilang ke dia, nanti kalo ga sibuk aja ketemu gue. Eh ternyata dia gabales-bales karena dia sibuk. Terus akhirnya jadi deh ketemuan siang itu. Dengan ditemani mama, gue menuju Warna Pictures.

Pas pertama kali dateng gue nervous bgt dan bener-bener jaga image. (Pasti beda banget sama sekarang ya HAHA) Malu bgt inget-inget lagiiii haha. Tapi ya pokoknya mulai disitu lah gue pertama kali dipanggil Puri. Gue nggak enak mau ngoreksi. Jadi gue iya-iyain aja walaupun belom ngerasa terlalu familiar. Ya mungkin ini bisa jadi "citra" gue yang baru.

Yang gue inget adalah waktu gue ditanya,

"Puri mau bantu kita untuk apa nih? Magang buat kampus?"

"Eh, nggak, pengen aja ikutan..."

"Emang yang kamu incer apa?"

"Eh, itu, em, lingkungannya... Karena saya ingin bertemu dengan orang-orang yang satu visi dengan saya."

"Oh oke. Kita syuting di Ciamis ya seminggu, berangkat hari Minggu."

"Hmm oke... Aku ijin mama dulu ya."

"Oke. Kalo mama ga ngijinin kita juga ga ngijinin ya."

"Oke!"

Dan gue pulang dari kantor mereka. Mama izinin kalo Papa izinin. Gue nervous selama perjalanan pulang. Karena tiba-tiba aja gue diajak pergi keluar kota selama seminggu sama orang-orang yang bahkan gue nggak kenal. Gue juga agak takut sih. Tapi there's something that made me feel safe somehow.

Dan alhamdulillahnyaaa Papa dengan santainya ngizinin.

Dan disitulah dimulainya pengalaman syuting layar lebar ku yang pertama!

:)

29/12/2017

Wednesday, November 8, 2017

NUTS! (Walnut Story)

Film ini merupakan tugas Bahasa Inggris, waktu tema yang Ms Acid berikan adalah "kenangan masa SMA" karena kita waktu itu sudah di tahun terakhir kami. Gue tau pasti yang lain memikirkan kalau membuat film yang akan mengenang, tapi ketika semua orang melihat ke belakang, gue melihat ke depan.

Cerita Nuts gue dapat ketika gue baru bangun tidur subuh-subuh, entah bagaimana tiba-tiba terngiang di otak gue "Seorang remaja SMA yang mau cepat-cepat lulus tapi ternyata dia belum siap dan malah rindu SMA." Inspirasi cerita ini juga gue dapat karena banyak temen sekelas yang jenuh belajar dan bilang "Gasabar kuliah, bisa bebas!" yang hampir gue dengar setiap hari. Gue pun, merasa seperti itu.

Tapi gue tau, kita selamanya akan merasa seperti itu, apalagi kalau kita tidak bersyukur dengan keadaan kita sekarang. Selalu menginginkan yang nanti.

Rio, tokoh di film ini, gue buat untuk mewakilkan semua anak SMA yang merasa seperti itu, tapi disini gue membuat bagaimana kalau keinginan dia terwujud? Tiba-tiba ada seorang "dukun" yang menawarkan untuk mengabulkan permintaannya. Konflik-konflik dia di masa kuliah gue buat dengan ke-sok-tahuan gue, karena toh di masa itu, gue gatau apa-apa tentang kuliah. Yang gue tau cuma dosen pasti tidak akan sepeduli dengan kita seperti guru, dan pergaulannya pun akan lebih "bebas".  Pada akhirnya Rio merasa dia belum siap untuk kehidupan kuliah, dan ia berharap ia bisa menikmati waktunya dulu. Tidak terburu-buru ingin lulus. Tapi, karena dia sangat ingin menginginkannya... sampe kebawa mimpi. Ternyata, itu semua hanya mimpi, dan dia bangun dan makin menghargai waktunya sekarang. (Plot twist endingnya ketika ternyata si dukun ternyata ada, jadi apakah dia benar-benar hanya mimpi? Atau bukan?)

Anehnya, ketika gue sekarang sudah kuliah. Apa yang terjadi pada Rio, gue merasakannya. Sedihnya, ini bukan mimpi dan bukan ulah penyihir. Tapi, ada sepenggal dialog gue buat dulu, untuk gue sekarang. Yaitu: "How many times you missed them, or wanting to go back, its never going to happen. Life goes on, that's how it works."

Dan itu membuat gue sadar kembali.

Film ini gue dedikasikan untuk kalian yang suka merasa "pengen cepet-cepet" supaya kita selalu bersyukur setiap harinya dan tidak terburu-buru. Yang kita punya adalah masa sekarang, bukan masa lalu ataupun masa depan.

Film ini menjadi film yang ternyata sangat berarti buat gue. Bisa dibilang gue merasa puas. Dan gue pengen lagi membuat film yang bisa menyentil diri gue sendiri.

Dan film ini lahir tanpa disengaja.

Cibubur,

9 November 2017

Rindu untuk Berkarya.

Kemarin gue nontonin film-film yang pernah gue buat, tujuannya untuk mengembalikan motivasi gue, gue tau itu satu-satunya cara yang ampuh, karena pasti setelah menonton film-film lama gue, gue akan teringat lagi betapa senangnya gue melakukan itu, dan betapa bahagianya ketika gue melihat hasil akhirnya.

Misteri Penghapus Sapi, Hadiah untuk Sarah, Nuts (Walnut Story), bahkan dokumenter Kulanta Damarudira.

Awalnya aku tidak mau menonton mereka kembali, karena aku tidak mau terlalu bangga dengan yang aku buat. Tapi rasanya aku tidak bisa menemukan motivasiku kembali bukan karena mereka.

Aku melihat kemampuan ku yang tersembunyi ketika aku menontonnya lagi, kemampuan yang tak kusangka ada. Bahkan sekarang ketika aku sudah menjadi mahasiswa film, aku kagum kepadaku sendiri untuk bisa men-direct seperti itu, padahal aku belum tahu apa-apa tentang film.

Tapi kenapa sekarang, aku malah merasa tidak mampu?

Sekarang aku sudah semester 3, banyak yang aku pelajari tentang bagaimana cara membuat film yang baik dan benar. Dari skrip sampai editing.

Dulu aku melakukannya dengan sangat amatir, tapi aku puas dengan hasilnya. Apakah itu salah?

Aku rindu ketika aku bisa saja membuat film dari skrip yang tidak berbentuk skrip,
Aku rindu ketika aku bisa langsung menyalakan kamera dan mengatur aktorku tanpa harus menyiapkan apa-apa,
Aku rindu ketika aku bisa membuat cerita apa saja yang aku mau,
Aku rindu bisa berkarya dengan bebas.

Apakah ilmu-ilmu yang kudapat malah membatasi ku dalam berkarya?
Dan hanya membuatku merasa "Oh bikin film kayak gini ya ternyata, susah juga..."
Padahal dulu "Bikin film cuma seminggu gampang euy!"

AKU RINDU.

AKU INGIN BERKARYA.

SIAPA KAMU (ATURAN-ATURAN) UNTUK MELARANG KU?

YANG AKU MAU HANYA MEMBUAT FILM DENGAN CERITA YANG BAGUS

AKU TIDAK PERLU KAMERA CANGGIH

AKU TIDAK PERLU SKRIP YANG DETAIL

AKU TIDAK PERLU PROPERTI YANG MEWAH

AKU HANYA INGIN BERCERITA!

AKU HANYA INGIN MELIHAT KEMAMPUANKU YANG TERSEMBUNYI TANPA PERLU AKU PAKSA DIA UNTUK MUNCUL

YA MUNGKIN KAMU BISA BILANG AKU BODOH,

MUNGKIN KAMU BISA BILANG AKU MALAS,

TAPI AKU SENANG MEMBUAT FILM BIASA-BIASA SAJA ASALKAN PESANKU TERSAMPAIKAN.

YANG AKU MAU ADALAH: CREW KECIL YANG INTIM DAN CAST YANG TIDAK MANJA.

AKU MASIH MAU MEMBUAT FILM DENGAN BAHAGIA.

AKU TIDAK MAU MEMBUAT FILM YANG BAGUS TAPI TIMNYA TIDAK AKUR.

LAGIAN, TIDAK ADA TOLAK UKUR SENDIRI UNTUK FILM BAGUS.

AKU TIDAK MAU MEMBATASI KE KREATIFITAS-AN KU.

AKU INGIN TERUS BERKARYAAAA!!!!!!!!!!!!!





Sunday, June 11, 2017

"Boleh Bernostalgia, Asal Jangan Terjebak."

Begitulah kata temanku, ketika aku bilang aku rindu masa laluku.
Tak ada salahnya dalam mengenang-ngenang kenangan lama,
Karena memang itu kan gunanya kenangan?
Untuk diingat-ingat lagi.
Tapi bukan untuk dipertahankan.

Mungkin karena suasana baru ini, yang membuatku mengingatmu lagi.
Mengingat segala hal kecil yang terjadi.
Dan lupa dengan kenapa aku bisa menghancurkannya.

Lupa.

Aku lupa kenapa ini jadi begini.

Dari mana ini berawal?

Siapa yang harus bertanggung jawab?

Entah lah,

Tak ada yang bisa menebak,

kecuali Dia.

Karena toh semuanya sudah memang diharuskan begitu.

Tidak ada yang namanya kebetulan.

Aku memang ditakdirkan menghancurkan ini.

Kita sudah direncanakan untuk berpisah.

Tak ada gunanya mendengar lagu lama,

Liriknya sudah tak berarti sama.

Mulailah sesuatu yang baru.

Untuk dikenang lagi kemudian hari.

Ciptakan banyak kenangan indah.

Jangan cuma satu.

ARSP

11/6/17


Thursday, May 25, 2017

Puasa sebentar lagi~

Tak terasa sebentar lagi kita akan bertemu,
Ramadhan ke 19 ku,
Sulit diungkapkan betapa aku merindukanmu.

Merindukan kebersamaan yang kau berikan,
Bersama-sama di meja makan menunggu bedug,
Sambil tak sabar mencium harum kolak pisang buatan ibu.

Namun, puasa ini akan sedikit berbeda,
Puasa pertamaku sebagai anak kuliahan, di lingkungan yang baru.
Puasa pertama tanpa saudara kembarku.
Puasa pertama tanpa embah putriku.

Bulan yang sangat sayang bila disia-siakan begitu saja,
Bulan untuk memperingati turunnya buku yang sangat suci nan sakti,
Bulan untuk merayakan lahirnya agamaku.
Bulan dimana setan-setan digembok erat-erat di balik jeruji!

Aku ingat, ramadan tahun lalu waktu aku pertama kali diberi pikiran "Apa gue berhijab aja ya?" setelah menonton dokumenter di Netflix tentang pertumbuhan seorang anak laki-laki yang punya nafsu belaka ketika melihat cewe dengan baju terbuka. Padahal tak pernah seumur hidup aku bakal mengira aku akan berpikiran seperti itu.

Aku ingat, ramadan tahun lalu aku menghabiskan waktu bersama teman-temanku untuk membuat sebuah film pendek ke tiga ku.

Aku ingat, ramadan tahun lalu aku harus menjaga keponakanku yang berumur 10 tahun, dan aku mengajaknya menonton film horor di bioskop.

Apakah yang akan kau berikan padaku di ramadan tahun ini?

Aku tak sabar menunggunya.

Sampai bertemu sebentar lagi!

Insya Allah.

ARSP
10:43 PM

Sunday, May 7, 2017

Last Words.

What would your last words be?
Who'd be the last person you talk?
What'd be the last thing you do?
What/who would be the last thing you thinking of?
What'd your last food be?
What'd your last song be?
What'd be your last thing to watch?
If your last breath is in another 5 seconds,
What would you feel? Relieved or scared?
Are you ready to face your own death?
Have you properly say goodbye to those you loved?
Have you apologizes to those you hurt?
And forgive to those hurt you?
Dont say that you didnt expect this,
You knew it all along
But you just pretend like it was nothing.
Now it would be your own business to settle
Only this time its not for money.
See you on the other side.

Friday, May 5, 2017

Where You'd Wanna Go?

I think everybody's life is miserable.

People choose what they want us to see
They choose the perfect word, the perfect picture

I once heard a saying, "If you dont want problem in your life, then don't live."
(But in the non suicidal way)
Problem never rest, they will haunt you for life
And we can never run and hide.

Is it possible for a person to be happy all the time?
No.
Is it possible for a person to look happy all the time?
Yes.

I think the more you pretend, the one who gets fooled is yourself.

Lol especially if you have emotional problem,
good luck with that.

5/5/17



Ps: Relax, its not you, its me.

Tuesday, May 2, 2017

Stoopid

I dont know why
But i feel like I always do something stupid
Something that I would be regret in the next 5 minutes after doing it
I believe everything happens for a reason
But is it really?
I feel like the dumbest person on earth
I did something stupid a few months back and I still dont know why I'd do that such thing
Should I just not do something on my own then?
Should I stop saying anything?

2:58 AM
3/5/27

Monday, May 1, 2017

Tell Me.

tell me, if im 3 years older now, would i still be like this?
worrying about unimportant things in life.

tell me, if im 5 years older now, would i still be like this?
thinking about the happiest place in the future.

tell me, if im 10 years older now, would i still be like this?
feeling lonely about waking up in the middle of the night alone.

tell me, if im 20 years older now, would i still be like this?
silently seeking for help and company, just to feel whats it like being truly loved.

tell me, if im 30 years older now, would i still be like this?
afraid of being forgotten every now and then.

tell me, if im 50 years older now, would i still be like this?
being sad of losing my best memories.

tell me, if im 100 years older now, would i even still remember any of this?

11:00 PM
1/5/17

Saturday, February 25, 2017

9 4 9

When we love something
We want that and only that
Nothing else will come in mind

Is that good?
No it's not
Too much of anything is never a good idea.

Sometimes we love it so much
We begin to not see the really important things in life
Because we cherish them and fearing everyday that we might lose them.

But do you know
Everybody and everything in this life,
Nothing but just a moment's pleasure.

Your favourite food
Will not be tasted again
After an hour

Your favourite clothes
Will ripe
When you grow

It's inevitable
To keep something
For ever

But what it is possible
Is to let go
For the sakes of sane.

I will let you go
For the best of us
Of our parents, and our childrens.

No tears shed
Just an abnormal heart beating
Of nervous, and excite.

Your name,
Will still appear
In my prayers.

Will we meet again
Or will we not
I would never regret.

Take care,
Be safe,
Love.

I love you
But,
I love Him more.



25/2/17



Saturday, February 11, 2017

Love Actually Review

It was 2012 when I first watched this movie and I remember that I liking it so much until I consider this as one of the best romcom for me. Now on 2017 I watched it again to recall what it is that I like about the movie very much.


So I watched it after I watched About Time, and I fell veryyy in love with the movie. So I guess I should watch Love Actually too since its also a movie directed by the same Richard Curtis.

It's an omnibus movie which consist of multiple love stories. Some get a bigger portion than others. Some just appear as a side story. But each of it represent every love victims that could happened. The friendzoned, the single, the old married couple, the child, the widower, the secret admirer, the cheater and the cheated on. So I guess it meant for every love aspects that exist.

These are my chosen favourite happy ending story:

1. Jamie (Colin Firth) and Aurelia (Sienna Guillory) (the scene when they dive into the pond trying to catch Jamie's paperwork and each saying something oppositely with different language but no one aware is HILARIOUS)

2. John (Martin Freeman) and Judy (Joanna Page), actually the very moment I saw them I was disgusted as hell. I wouldn't like what I see but I like what it turned out to be. I love the idea that even tho they were making physically contact with bare skin, the reason why they both felt very comfortable with each other is because the way they could have small talks in between. Which they never felt with anyone else before. (And how they still felt very awkward during their first kiss.)

These are my chosen favorite sad ending story:

1. Harry (Alan Rickman) and Karen (Emma Thomson). Their relationships is one of those oh please it's possible to happen moment. It's about getting old and the fact that we couldnt avoid that. We will have wrinkled faces and widen stomach or loosen thighs. And the fact that man always like what they see, so will they still be in love with their wives when they're not young and beautiful anymore? It's not a suprise when we see a man wants a younger woman to have fun with.

The thing about their story in the movie is that we couldn't see the conclusion right away in the end. Are they making up or not. Since its a kiss on a cheek not on a lips. Even if they reconcile, it would be for the sakes of the children not for the sakes of the relationships.

2. Sarah and Karl. What it is that's more miserable when you can finally be together with the love of your life that you've been secretly admiring for as long as you can remember?

We can feel the eagerness about Sarah making the first move. And the excitement when they finally have a slow dance. And grumble when Sarah has to answers all her brother calls, interrupting what might have been with Karl. In the end they're not being together because Sarah felt has the responsible to give her brother full attention because their parents is not there anymore, so zero time for love.

What I Like About The Movie Itself.

The Intro and The Ending

Both the intro and the ending are set on the airport. At the intro, the narrator which sounded so much like Colin Firth said that the airport is the place that can makes us believe again that love actually is around. So its obvious that for no reason at all everyone is returning back from somewhere. (except for Jack and Judy, they were leaving somewhere else)

Though when all the characters has reunited, it doesnt end there. There's a multiple scenes on one frame that shows people we're not aware about, just a buch of strangers that are genuinely happy to see their loved one back. Which it is what you will actually see when you go to an airport.


The Transition

If we paid attention during every transition to one story to another. We can hear that there's a song in between, connecting them. (the song of the funeral to the wedding, or Sam's drums to the office chrismast party) Some cases it's the use of the dialogue. Like when in the radio station when Billy was being interviewed, the broadcaster mentioned about the prime minister and next it cut to the scene of the prime minister itself.

Honorable Mention

Rowan Atkinson Cameo

During this scene, somehow we can feel what Alan Rickman felt when he's sneaking out to buy his secretary a necklace but Rowan Atkinson has to "wrapped the gift" first and it was one hell of a gift wrapping.


That's all my review of Love Actually movie, I really liked it but I'm not sure if I would watch it with my children around. Still one of my best romcom! :)