Siang ini, gue bersama temen gue, pergi ke acara Film Musik Makan, semacam festival yang mengadakan screening film-film indie nusantara yang dianggap berhak untuk lebih dipublikasikan.
Ada 5 film pendek yang disajikan dalam kurun waktu 2 jam. Masing-masing film menghabiskan sekitar 20-30 menit. Semua film mempunyai genre yang berbeda-beda dengan pesan moral yang berbagai macam, padahal hanya memiliki sedikit dialog dalam cerita. Terlebih lagi, semua film tidak ada yang menggunakan bahasa indonesia, melainkan menggunakan bahasa daerah. (kecuali 1 film yang berkerjasama dengan pariwisata Jepang, kalo itu pake bahasa Jepang)
Screening berlangsung dengan aman karena semua penonton yang hadir sangat serius menelan gambar bergerak dihadapannya. Tetapi... penontonnya tidak cukup untuk memenuhi satu studio.
Lalu terlintas di kepala gue.
Film pendek kan tidak selaku dengan film-film di bioskop. Film panjang nasional yang di bioskop aja dikit yang nonton, gimana film pendek kayak gini? Otomatis penghasilan maupun apresiasi film pendek juga lebih sedikit. Terus, kenapa orang-orang ini masih ingin terus memproduksi?
Karena penasaran ingin tahu jawaban dari prespektif mereka, gue pun memberanikan diri untuk bertanya pertanyaan maut itu di sesi tanya jawab dengan para sutradara.
Dan salah satu dari ke empat sutradara yang hadir, balas bertanya.
"Mbak umurnya berapa?"
"18 tahun..."
"Pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta?"
"Emm iya pernah... (terus kenapa?)"
"Ya kayak gitu rasanya. Kalo udah cinta, pasti kita ngerjainnya juga seneng. Dan cinta itu... nggak bakal merugikan."
Gue terdiam.
"Mungkin 10 tahun ke depan, mbak baru bisa ngerti maksud saya."
Dan ketiga sutradara yang lain, terdiam dan hanya mengangguk-angguk terhadap jawabannya.
Gue hanya bisa terpana. Mereka mungkin tidak seterkenal sutradara-sutradara lain yang telah menyutradarai film-film layar lebar. Tetapi, mereka mencintai pekerjaannya, dan yang paling penting; mereka bahagia.
Memang kesuksesan tidak terhitung dengan seberapa banyak orang yang mengagumimu, tetapi dengan seberapa banyak orang yang dapat kau bantu karena karyamu.
Terimakasih Mas Ipoenk yang ada di Jogja.
Sukses selalu.
ARSP
April 2 2016
No comments:
Post a Comment