Thursday, August 25, 2016

That Five Seconds Where You Relieve It Was Ending

(kelanjutan dari When I Build A Rollercoaster For Just A Week )

Seharusnya gue nulis ini 30 Juli, waktu pengumuman benerannya. Tapi karena pada hari itu gue udah capek banget jadinya gue tinggal tidur karena pengumuman tak kunjung datang. Besoknya tanggal 31, pagi harinya gue cek email, dan yang ada gue liat di inboxnya adalah...




Dengan membaca "We regret to inform you..." gue langsung mengasumsi kalo lanjutannya adalah "That you didn't get the scholarships." selama 5 detik antara jempol gue memencet email tersebut sampe screennya berganti ke isi emailnya. Karena ternyata email itu berisi...



Perasaan pertama gue itu campur aduk antara kesel dan lega. Kesel karena diundur, lega karena ternyata itu bukan yang gue kira.

Dan selama 1 hari itu, gue cuman melanjutkan hari seperti biasa.

Tibalah pada tanggal 1 Agustus, hari yang telah ditentukan sebagai pengumuman benerannya. Gue mencoba santai aja pada hari itu. Tapi gue tetep aja takut dan kepikiran terus, me-refresh inbox email gue terus-menerus, tapi nggak juga muncul-muncul sampe matahari sudah tenggelampun.

Gue berfikir mungkin pengumumannya jam 8, karena waktu email sebelumnya di kirim jam 8 juga. Tapi tetep aja juga ga muncul-muncul walaupun udah jam 9 malem.

Dan ketika gue memutuskan untuk mengakhiri hari itu. Gue me-refresh untuk yang terakhir kalinya...

Datanglah email itu.

Gue langsung menjerit-jerit, langsung panggil nyokap gue untuk melihat pengumumannya sama-sama. Gue membuka email tapi gue langsung ngumpet di belakang nyokap, nggak berani liat apa-apa. Gue membiarkan nyokap yang menatap langsung layar laptop gue. Menatap apa jawaban dari semua usaha dan doa gue selama ini.

Dan Nyokap bilang, "Arissa Purilawanti..."

Gue pun langsung ikutan liat dan ternyata, alhamdulillah, gue berhasil mendapatkan beasiswa sebanyak 50%!!!



Ini nggak terduga banget, karena yang gue bayangkan selalu 100% atau nggak sama sekali.
Tetapi pasti Allah punya jawaban yang lebih baik untuk gue.

Gue mensyukuri apa yang gue dapat.

Merasa gagal? Pasti. 

Karena gue gagal untuk membebaskan orang tua gue dari biaya-biaya sekolah yang nggak murah. Tapi mama pun bilang ke gue kalo semua pasti ada jalannya. Asalkan kita selalu berdoa kepada yang di Atas.

Setelah keadaan hectic yang paling menegangkan dalam hidup gue (setelah gue pikir-pikir mungkin ini rasanya jadi anak yang ikutan SBMPTN)

Akhirnya gue bisa bernafas lega.

Gue nggak akan menyia-nyiakan ini, gue akan belajar yang rajin dan giat biar beasiswa gue nggak di cabut (biar SAE ga nyesel ngasih gue potongan stengah harga)

Semangat juga buat yang lain, yang telah mendapat apa yang diinginkan, atau yang doanya belum dikabulkan. Percayakan saja semua kepada-Nya. Karena Ia lah yang tau apa yang terbaik untuk kita.

Jangan pernah putus harapan atau berkecil hati, teruslah bermimpi karena itulah alasan kita hidup.

Ttd, 


Arissa Purilawanti.
(Your future movie director)


Wednesday, August 24, 2016

Fundamentals of Caring

My definition of a good movie is the one that could make you laugh and teared up on one sitting. And only a good writer that could drive the watcher's feeling upside down. Not every movie has that potential but I just discover one and I would like to share it to the world.

The Fundamentals of Caring

I, for one, is a big fan of Paul Rudd. Since the movie I Could Never Be Your Woman to The Admission and even Ant-Man, and since his appearance on Friends. I would vow that I'm gonna watch every movies with him on it, I even watched Anchorman! (credits to my boyfriend). And when I see his face on the "watch next" of Netflix, I automatically pressed it. Oh and there's Selena Gomez's face too (she's also my favorite actress, coincidentally)

At first, I was kinda cringed to watch a medical related movie. Bcs the story is about a boy whom diagnosed with DHS. So I paused for a day or two. Finding another movie that maybe more interesting to watch. But that time I only found Eat Pray Love, a movie I've been trying to watch but I just cant. So I got back with it. And the thought of medical term is really just me judging, I lmao-ed through it because Paul character, Ben, is making us easy to see the sickness of Trevor. He even make fun of it a lot to reduce the awkwardness.

Selena's character, Dot, also the highlight of the movie, because she's obviously bring the romantic vibes for Trevor. She's the bad-ass character that we need to complete the trio. But then another woman character come named Peaches, whom pregnant and was there to open up Ben's traumatic issues with his child death. 

The conflict of the stories goes around between Ben's trying to forget about his late-child and Trevor's relationships with his father, and also his bucket list of seeing Rufus; The World's biggest Bovine (its the funniest part lol!! especially with Trevor's, Rufus's, and Ben's stare back-to-back transition that just killed me) and also "The World's Deepest Pit" and how Ben always trying to help Trevor to pee standing up.

The best moment I would say was when Ben helped Peaches delivers her baby (with a slight flashback of Ben's child accident), Ben finally knows how to make Trevor's dreams of peeing standing up come true, and every Trevor and Ben love and hate-father and son like-relationships.

In the end Ben resign, but they still remains friends and I'm glad, that means he could be closer than a contract job.

Favourite Quotes:
"Bullshit on a stick"
"Bite of a Slim Jim"
"Mall."
"Ma."
"Of course Trevor was joking. Anna quits the next day."

Friday, July 29, 2016

When I Build A Rollercoaster For Just A Week.

Ada waktu dimana gue merasa senang sehingga menangis.
Seperti ketika gue menonton konser penyanyi favorit gue di tempat paling dekat dengannya.

Ada waktu dimana gue merasa gugup.
Seperti waktu gue MC pertama kali di depan seluruh SMA padahal waktu itu gue masih di bangku kelas 10. Sampai semalam sebelumnya gue nggak bisa tidur sama sekali.

Ada waktu dimana gue takut.
Seperti waktu gue bikin suatu hadiah dan takut apabila sang penerima tidak menyukainya. Dan sang penerimanya, tidak hanya 1 orang.

Dan dalam seminggu terakhir ini...
Gue merasakan semuanya dengan berurutan.
Merasakan adrenalin ketika mengendarai wahana roller coaster pertama kalinya.

Selama SMA gue nggak pernah merasa ada sesuatu yang worthed untuk gue habiskan segala usaha untuk memperjuangkannya. Gue selalu menganggap remeh, karena gue tahu gue bakal selalu melampauinya. UN pun saking tidak perdulinya, ketika pembagian hasil, gue hanya melihat tulisan "lulus" lalu gue sudah tidak pernah mengutiknya lagi.

Ketika orang bertanya, kemana aku akan melanjutkan kuliah? Aku menjawab, akan ke sekolah film, tapi pendaftarannya masih lama. Waktu itu, masih 3 bulan lagi.

Berkali-kali gue bilang, "Masih lama."
Sampai akhirnya tiba harinya.

Waktu itu hanya mengumpulkan portofolio dan formulir saja. Jadi, gue masih kembali santai, karena finalis akan dipanggil 1 bulan lagi.

Tiba-tiba ada email masuk, menerangkan semua time line. Dan tertera "finalist will be informed 2-3 days prior to the interview. Interview will be between 25-29th July."

Yang berarti, yang bukan finalist tidak akan di informasikan.
Yang berarti, yang finalis akan dihubungi 2-3 hari sebelum interview.

Karena gue sudah lama sekali menunggu waktu ini, gue harapkan kalau tanggal 25 lah waktu interviewnya. Yang berarti gue mungkin akan di telfon sekitar tanggal 20an. Gue selalu me refresh inbox email gue. Menunggu datangnya tanda-tanda. Tetapi, tanggal sudah menduduki angka 25 Juli. Dan, tidak kunjung-kunjung adanya sesuatu tanda.

Gue curhat ke temen-temen gue, gue panik, gue grogi. Akhirnya gue merasakan perasaan ini, ketika gue menginginkan sesuatu sangat penting untuk hidup gue, dan merasa sangaaaaat takut, untuk tidak mendapatkannya.

Dan temen-temen gue selalu support gue, "Santai ca, kan masih tanggal 29 terakhir. Bakal di telpon kok. Lupain aja kalo lo lagi nungguin ini."
Yang lucunya, ada 1 temen gue yang bilang. "Hari ini kok lo di telfon."
Dan entah apakah dia salah satu dari penguji kuliah gue, tapi Alhamdulillah, bener aja. Hari itu gue ditelfon.

Ketika gue sedang mengikuti advice temen gue untuk mencoba tidak terlalu memikirkannya. Gue pergi mengajak nyokap gue nonton film Rudy Habibie, film yang sebenarnya udah lama ada di bioskop tapi gue belom sempet-sempet nonton. Karena ini filmnya salah satu sutradara favorit gue, Mas Hanung. Gue nggak rela kalo ngelewatin filmnya di bioskop.

Kita lagi seneng-seneng aja, sampai ketika sudah masuk bioskop, dan film di mulai. Tidak berapa lama, hape gue geter-geter. Yang sangat kebetulan sekali, gue nggak matiin hape gue ketika nonton bioskop. Gue merogoh hape gue dari tas, mengira itu adalah panggilan dari pacar. Tapi yang tertera adalah nomer tak bernama. Lantas, tetep gue angkat. Tidak memperdulikan penonton bioskop lain yang sedang asik menonton.

"Halo...?"
"Halo, ini Arissa ya?"
"Iya betul. Dengan siapa ya?"
"Ini aku Edo, dari SAE Institute."
Dheg.
"Oh iya mas..."
"Ehm, selamat ya kamu jadi finalis scholarships."
"Alhamdulillah! Serius..?" *ngadep mama, yang tadinya nangis gara-gara nonton filmnya, jadi makin nangis gara-gara alasan yang berbeda*
"Iya, portofolio kamu lumayan. Kamu dateng interview ya hari Kamis, jam 10."
"Oh iya mas!!"
"Oke, ada yang mau ditanya??"
*grogi setengah mati, ga bisa mikir lagi*
"Ehm..." *nengok mama* "Ma ada yang mau ditanya?" *mama geleng-geleng* "Kayanya nggak mas..."
"Oke deh, makasih ya Arissa. See you."
"Iya mas makasih banyak!"

Gue langsung memeluk nyokap gue, nyokap gue hamdallah, ikut terharu, dan bilang "Udah dapet? 100%?" "Baru juga dipanggil ma..." mungkin nyokap gue melihat gue kesenangan banget.

Dan, setelah itu gue masih santai aja dan merasa bangga. Gue baru cari-cari tips and tricks buat interview yang baik baru tanggal 26 malam, dan pada tanggal 27nya. Gue mulai kalang kabut panik sendiri. Ngebayangin nanti ditanyain apa aja, cari-cari materi, nyusun kalimat yang ingin gue sampaikan, sampai latihan ngomong sendiri di depan kaca kayak orang gila. Untungnya rumah lagi kosong waktu itu.

Malam sebelum tanggal 28, gue merasa gue sudah cukup siap. Setidaknya gue tau apa yang mau gue omongin. Jadi gue mengontak semua keluarga gue, nenek gue, kawan-kawan gue, semua group yang gue hadiri, bahkan ke guru SMA sampai ke Pak Ustad, untuk meminta doa dari mereka semoga gue bisa mendapat beasiswa 100% yang selama ini gue damba-dambakan. Untuk mengangkat beban kedua orang tua karena mereka masih punya tanggung jawab untuk membiayai 3 anaknya, sedangkan papa sudah pensiun dan ibu hanya ibu rumah tangga (dan rumah kucing... Hehehe ampun mam)

Gue juga selalu berdoa, setiap shalat selama beberapa bulan terakhir, gue gak akan pernah lupa untuk bilang "Ya Allah... Semoga aku bisa mendapatkan beasiswa 100% Ya Allah..." dan sekarang gue tambahi dengan shalat sunnah.

Dan untung meringankan keadaan, gue menonton acara tv lokal yang berjudul "Mermaid In Love" untuk makin meyakinkan tujuan gue kenapa gue mau belajar di sekolah film. (if you know what i mean lol)

Keesokan harinya, gue sholat tahajud dan subuh, dan tidur lagi selama 1 jam untuk meringankan kantong mata. Alhamdulillah gue tenang-tenang saja, mandi, dandan, dan berpakaian yang rapih karena harus dress to impress. Tetapi, gue masih enggak nafsu makan. Gue berangkat jam setengah 8 pagi karena rumah gue yang sangat amat jauh dari calon kuliah gratis gue (amin) diantar kedua orangtua gue.

Di perjalanan, gue ingin sekali tidur, tetapi baru keluar perumahan aja udah macet, gue makin enggak tenang. Namun gue berusaha menikmati saja kemacetan ini, yang sepertinya lebih parah dari jaman gue sekolah dulu (padahal baru 3 bulan lulus)

Gue lalu menyalakan iPod dan mendengar lagu-lagu lama yang gue sengaja taro disitu. Gue mencoba tenang... Dan menikmati keadaan ini. Kebetulan lagu yang diputar waktu itu adalah Somebody nya Kings Of Leon. Pas banget sama suasana haha.

Gue memejamkan mata, dan gue mulai mengingat-ingat perasaan gue ketika gue ditelfon SAE tempo hari... Perasaan terkejut, bahagia dan terharu. Perasaan yang sudah lama tidak gue rasakan. Lalu gue bersyukur... Bersyukur atas kesempatan ini. Karena tidak semua orang bisa merasakannya. Hanya bila Allah mengizinkan... Dan gue berkata pada diri gue sendiri, bagaimanapun yang terjadi di ruang interview nanti, gue akan selalu ingat momen ini. Dan gue tidak akan pernah berhenti bersyukur.

Akhirnya tiba di SAE. Masih 1 jam menuju interview, karena sistemnya siapa yang datang duluan adalah yang masuk duluan, dan gue yang kedua datengnya, gue adalah urutan kedua. Gue berusaha tenang lagi, berkenalan dengan beberapa teman baru, yang merasa sama seperti apa yang gue rasakan. Tetapi gue masih nggak bisa fokus. Gue memperhatikan orang yang urutan pertama sudah masuk. Hanya hitungan menit sampai giliran gue. Setelah beberapa kali percobaan untuk bisa ngobrol seperti manusia biasa. Akhirnya orang "urutan pertama" itu keluar. Gue panik. Gue kira masih ada waktu lenggang sebelum gue masuk. Tetapi mba resepsionis langsung memanggil nama gue. Gue pergi masuk tetapi sebelumnya gue minta doa dari teman-teman senasib gue. Lalu gue berjalan mengikuti mba nya, gue berdoa di perjalanan yang singkat itu. Mba nya bertanya, "nervous nggak?" dan gue menjawab, "dari kemaren..."

Dia menunjukkan pintu ruangan dan gue disuruh masuk aja, gue ketok-ketok pintu, melihat seorang lelaki tinggi dengan rambut yang dikuncir. Gue salam sebelum gue duduk, dia menjawab, mempersilahkan gue duduk, dia memperhatikan gue yang dulu di foto pendaftaran masih belum pakai kerudung, dan pertanyaan pertama interview gue diawali dengan, "Coba ceritain dapet hidayah apa pengen pake kerudung?"

Interview singkat yang lumayan santai berakhir selama 30 menit. Tentu gue keluar dengan perasaan, "kenapa gue jawab gitu sih tadi???" dan tetap berfikir seperti itu sampai detik ini juga. Tetapi gue mencoba untuk ingat ketika gue berhasil menyampaikan apa yang ingin gue sampaikan dari kemaren, sebelum interview selesai.

Gue menarik nafas. Oke, tahap ini udah selesai.

Sekarang yang gue bisa lakukan adalah berserah diri. Besok. Adalah jawaban dari semuanya.

Awalnya gue takut, takut bila apa yang gue harapkan tidak terjadi. Tapi gue tau, apapun hasilnya, itulah yang terbaik.

Either way, gue bakal selalu berusaha untuk mencapai mimpi gue, untuk menjadi sutradara yang bisa sukses dunia & akhirat. Sutradara yang bisa turut serta dalam memajukan bangsa Indonesia.

23:08 PM.
29 Juli 2016.
Sehari sebelum pengumuman.
Ttd,
Arissa Purilawanti.

Wednesday, May 11, 2016

Little Miss Sunshine

I know it's 10 years late to review this movie. But the legend still lives through the world. This movie has effected many lives i supposed, and i just see how that's working.

First this movie was all about one thing: a family, a pretty fucked-up family, but they are all fucked-ups that unites together.

Richard (a father), Sheryl (a mother), Dwayne (a son), Olive (a daughter), Frank (an uncle) and Edwin (a grandfather).

A winner-obsessed father who's a speaker of a 'how to be success' program. A loving mother (i think she's the only one with no emotional problem). A son who wanted to be in air force and fly jets, and has sworn to secrecy to never speak a word again. A daughter who's dying to be a beauty pageant. A gay uncle with a suicidal problem. And a crack smocking porn lover grandpa.

Each of the family has their own character, and the mom being the only one who's settled with everything. This movie is focused on the daughter who has to go to California from Alberqueque to enter a Little Miss Sunshine contest. The family were all confused because they don't have enough money to fly, so the father decided to drove a mini van with hesitation at first because the trip itself is not pretty cheap. But he learns that his friend named Stan would sell his motivational program and get the money back.

The character that has been taking my attention from the very start was absolutely is Dwayne. He hasn't said a word and he always writes down what he wanted to say. He's the kinda child in the family who hates everyone and think each part of the family is stupid. Everybody has that part of the family.

The uncle is very heart-warming as well. Eventho he had suicidal problems. But he could get off pretty well and having this kinda bond with Dwayne. He tries to support him at times, not remembering he had once wants to kill himself.

I like the grandpa figure who always support Olive, unlike her dad who wants her to win no matter what. Throughout the movie, Olive and grandpa has been "practicing" for the contest, but nobody knows what, except for the growling face they practiced at the hotel. But he still smoking heroine, which make him dead in the half part of the movie.

Altho Richard, the Dad, didn't get the money because Stan's failure to sell his program. Which make Sheryl, his wife really sad. Richard takes responsible and meet him at night to confront him.

The movie was full dedicated to Olive, but the storyline was pretty much telling about the other part of the family. And how to keep this family back together after going on through so much stuffs.

The very scene that has touch me for the first time was when the van broken and everybody has to push for it to be able to start the engine again. It shows that family is supposed to be a team to make things work. No matter how much you hate them. And that scene was done much more till the end of the movie.

I like how Dwayne has finally decided to speak up eventho his first word was "FUUUUCK!!!" and since then i feel the bond of the family getting stronger.

Everybody in the family supports Olive to be in the pageant. But when its talent time, everybody was begging her to turn down the contest, because they know its impossible for her to win. Comparing her costume to the other. But Olive still wants to do it, for her grandpa. And the next thing you know, every part of the family is dancing with her. It's weird and awkward to see, makes you think "whaaaa?" but that's just how family works right? They wont let you go down on your own.

This family movie describes more than a happy-lovey family, it says about the reality in the world. And that family should sticks together no matter how bad the situation is.

Here are some quotes that I like:

"For better or for worse, we're still your family." -Sheryl to Dwayne.

"Losers are the one who's afraid of not winning so much, they don't even wanna try." -Grandpa to Olive.

"Life is a never ending beauty pageant. There's school, then college, then work. It's never gonna stop. We just gotta do what we like. Fuck the rest." -Dwayne to Frank.

"All those year he suffered, those was the best year of his life. Cause they made him who he was. All those years he's happy? You know, total waste." Frank to Dwayne.

It's a cool family movie, I'd give it an 8.5/10 :)

Tuesday, May 3, 2016

Radio.

Menurutku radio itu romantis.

Romantis kenapa?

Ketika kita mendengar suatu lagu yang baru, kita tidak tahu judul lagu itu. Kita hanya bisa menikmati sebatas durasi waktu tersebut. Lalu, lagu itu akan berakhir. Dan kita akan merelakannya, lalu mendengar lagu selanjutnya, yang hanya penyiar radio dan Tuhan yang tahu. Kapan kita akan mendengar lagu itu lagi? Entahlah. Hanya bergantung pada takdir, untuk mempertemukan kita kembali. Cinta yang tulus, tanpa perlu mengikat.

Dan ketika kau mendengar lagu kesukaanmu, yang kau kira takkan pernah mungkin bisa mendengar di luar playlistmu. Rasanya akan seperti ketika kau bertemu kembali dengan kekasihmu yang nun jauh disana. Cinta yang abadi, tidak bisa ditebak.

Juga ketika kau berusaha mencari sinyal yang terbaik agar sinyal radiomu lancar. Kapan terakhir kali kamu harus memindah-mindahkan antena agar bisa nyambung dengan satelit? Dengan perjuangan, kita mendapat apa yang kita mau. Yup, kamu tau selanjutnya apa. Cinta itu, butuh perjuangan.

Namun, tidak selalu lagu yang diputar adalah lagu yang terbaik. Bahkan, tidak ada lagu yang diputar sama sekali. Melainkan, kicauan-kicauan penyiar radio yang tidak penting. Atau iklan produk yang menipu. Ya memang begitulah. Cinta juga tidak selamanya menyenangkan.

Itulah beberapa alasan mengapa aku rasa radio itu romantis. Hiduplah sepertinya mendengar radio. Tidak ada tombol start, stop, next, previous. Kita hanya perlu menjalankan perjalanan kita. Tanpa adanya pilihan lain. Karena setiap jam, menit, detik terus berjalan tanpa istirahat. Tidak ada yang menunggu ketika kita lelah. Mereka hanya akan terus maju. Kau hanya perlu menemukan waktu yang tepat untuk bertemu lagu itu. Waktu yang tepat untukmu, dan juga untuknya.

Selamat malam dunia.
Teruslah bersamaku, radio.

A.R.S.P
11:11 pm
May 3 2016

Saturday, April 2, 2016

Kenapa???

Siang ini, gue bersama temen gue, pergi ke acara Film Musik Makan, semacam festival yang mengadakan screening film-film indie nusantara yang dianggap berhak untuk lebih dipublikasikan.

Ada 5 film pendek yang disajikan dalam kurun waktu 2 jam. Masing-masing film menghabiskan sekitar 20-30 menit. Semua film mempunyai genre yang berbeda-beda dengan pesan moral yang berbagai macam, padahal hanya memiliki sedikit dialog dalam cerita. Terlebih lagi, semua film tidak ada yang menggunakan bahasa indonesia, melainkan menggunakan bahasa daerah. (kecuali 1 film yang berkerjasama dengan pariwisata Jepang, kalo itu pake bahasa Jepang)

Screening berlangsung dengan aman karena semua penonton yang hadir sangat serius menelan gambar bergerak dihadapannya. Tetapi... penontonnya tidak cukup untuk memenuhi satu studio.

Lalu terlintas di kepala gue.

Film pendek kan tidak selaku dengan film-film di bioskop. Film panjang nasional yang di bioskop aja dikit yang nonton, gimana film pendek kayak gini? Otomatis penghasilan maupun apresiasi film pendek juga lebih sedikit. Terus, kenapa orang-orang ini masih ingin terus memproduksi?

Karena penasaran ingin tahu jawaban dari prespektif mereka, gue pun memberanikan diri untuk bertanya pertanyaan maut itu di sesi tanya jawab dengan para sutradara.

Dan salah satu dari ke empat sutradara yang hadir, balas bertanya.

"Mbak umurnya berapa?"

"18 tahun..."

"Pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta?"

"Emm iya pernah... (terus kenapa?)"

"Ya kayak gitu rasanya. Kalo udah cinta, pasti kita ngerjainnya juga seneng. Dan cinta itu... nggak bakal merugikan."

Gue terdiam.

"Mungkin 10 tahun ke depan, mbak baru bisa ngerti maksud saya."

Dan ketiga sutradara yang lain, terdiam dan hanya mengangguk-angguk terhadap jawabannya.

Gue hanya bisa terpana. Mereka mungkin tidak seterkenal sutradara-sutradara lain yang telah menyutradarai film-film layar lebar. Tetapi, mereka mencintai pekerjaannya, dan yang paling penting; mereka bahagia.

Memang kesuksesan tidak terhitung dengan seberapa banyak orang yang mengagumimu, tetapi dengan seberapa banyak orang yang dapat kau bantu karena karyamu.

Terimakasih Mas Ipoenk yang ada di Jogja.

Sukses selalu.

ARSP
April 2 2016

Saturday, March 19, 2016

Age of Adaline

Watching movie with my mom on a saturday night, my mom doesn't like the movie from the very first start and watched it only for once in awhile, i watched it the whole time expecting my mom opinion would be wrong, but throughout the story, it only has a few conflicts aside from her to stop aging.

Adeline met his boyfriend's parents and turns out the dad (Harrison Ford/Han Solo) was her ex a couple of decades ago. Han seems like he still loves her but he has been married for 40 years with his wife so it may seems impossible for him to still loves her now. Evenso, Han still approaching her. Finally it reveals that Adaline is the same person she has been for the past 70 years. When Han found out, she was terrified and ran away again just like she did with him. Then Ellis go after her but she got strucked by lightning, again.

Eventually Adaline decided to tell Ellis the truth. And he accept it just as it is.

One year later, Adaline and Ellis and Adaline's daughter (whom look 40 years older than her) lived together, preparing to go to an unmentioned event. And when she passed the mirror, she saw one grey hair on her head. And she described it as "Perfect."

The movie ends and my mom wanted to say something but i thought she would just laughed at it, but then she told me the moral of the story:

"Beauty is not everything, young appearance meant nothing if you couldn't grow old without the ones you love."

And that was quite cool mom and I haven't got think of that. Thank you mom, i misjudged you.

A.R.S.P
March 19th 2016

Thursday, March 17, 2016

18 tahun.

Berawal dari hari dimana gue marah kepada cowok gue yang telah menjengkelkan dari sehari sebelumnya gara-gara bales lama terus dan bahkan sampe ketiduran PADAHAL UDAH JANJIAN MAU TELFONAN.

Awalnya, gue merasa, ah, doi paling sengaja, biar bikin gue marah terus nanti di suprisein gitu. Gue gamau marah ah biar kesannya gue ga ketipu, hah mampus lo siapa sekarang yang dikerjain!

(pada kemudian hari ternyata kenyataannya dia memang tidak sengaja bikin gue marah, emang udah ngeselin dari sananya.)

Di sekolahpun dia telat dateng, gue pura-pura tidak peduli padahal gue liatin terus pintu kelas sampe dia dateng. Namun, seusai upacara pun, dia tak kunjung ada.

Gue berusaha senormal mungkin dihadapan teman-teman, dan walaupun hari itu di sebelah gusti kosong, gue tetap memilih untuk duduk bersamanya.

Tiba-tiba pintu terbuka dan dia muncul, gue sok memalingkan wajah, terus dia langsung menyalami gue dan mengucapkan selamat ulang tahun dan sebagainya, gue bingung harus gimana, karena gue mengharap lebih dia sebagai cowok gue.

Dia minta maaf karena dia ketiduran semalem, "Aku minta maaf."
Gue dengan sok cuma jawab, "Minta maaf kenapa?"
"Karena gangucapin kamu secepatnya dan gak nelpon kamu padahal udah janji."
Gue yang tadinya pengen gak marah, mendengar dia dengan perlahan menyebutkan satu per satu kesalahannya, malah bikin gue ingat kembali kenapa gue harus marah. Alhasil, gue langsung kembali bete dan nyuekin dia seharian, padahal kita udah duduk sebelahan.

Di hari ulang tahun gue, yang harusnya gue habiskan dengan bahagia, malah jadi sebaliknya. Gue coba untuk fake a smile seharian dan mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya, gue juga memikirkan teman-teman laknat gue yang biasa banget di hadapan gue. Bodo ah, gue gamau pulang cepet-cepet ke rumah biar gak nungguin apa-apa. batin gue (padahal masih ngarepin di suprisein)

Gue juga bilang ke teman-teman kalo gue mau bimbel, tetapi lucunya semua orang yang gue tanya bimbel apa nggak menjawab dengan jawaban yang sama: "Nggak ah ngapain bimbel, nggak guna juga."

Curiga akhirnya merajai nalar gue, tapi tetep, gue tidak berharap apa-apa.

Ketika sudah waktunya untuk pulang, tiba-tiba Mr Pur, wali kelas gue, memarahi gue karena sepatu gue yang sudah kumel, karena setiap hari juga dimarahi, gue ga merasa ada sesuatu yang aneh. Namun, tiba-tiba pintu terbuka, kue datang di bawa ucup sambil berteriak, "Happy birthday, Iyo!" padahal adanya gue disitu.

Ternyata Mr Pur sebenernya pengen bikin kejutan buat gue tapi gagal karena kuenya terlalu cepat datang. Dan gue tau dalang dari semua ini hanyalah satu orang: bukan mudi, atau gusti, atau teman-teman sampis gue yang lain, tapi orang itu adalah, nyokap gue.

Entah kenapa padahal gue udah 18 tahun, tapi mama masih pengen ngirimin gue kue ke sekolah. Mah, aku 18 tahun, bukan 18 bulan.

Lalu iyopun datang berkumpul denganku, teman-teman bertepuk tangan dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Gue senyum-senyum dan hanya mengikuti acara. Berdoa, tiup lilin, potong kue, makan kue, beresin kue, ekskresikan kue dan pulang.

Akhirnya tiba saatnya berpisah dengan teman-teman, gue menelpon mama apakah supir gue sudah menjemput apa belum, lalu mudi mendengar (re: menguping) dan dia bilang, "Pulang sama aku aja"

Karena keadaan hati gue yang masih jengkel kepadanya, gue menolak, "nggak usah udah ada pak agus"

"Tapi aku mau kasih hadiah dulu buat kamu"

"Yaudah besok aja"

"Gabisa harus hari ini"

"Ya gimana aku udah ditungguin"

"Plis ca minggu ini sekali aja deh aku nganter kamu" <--seakan gue setiap hari baper sama dia gamau diajak pulang

Lalu dia akhirnya bilang, "Aku yang bilang deh ke mama kalo kamu pulang sama aku"

Dan gue berhasil diluluhkannya.

Akhirnya gue duduk di kursi penumpang di sebelahnya. Gue ingin melupakan kesalahan dia dan ingin bahagia saja, di mobil juga gue coba ngomongin ke dia, tapi dia dengan ngeselin tingkat overnya cuekin gue dan main hape.

"EHHH KENAPA SIH KOK MALAH MAIN HAPEE!!"
"Iyaiya ini grup rame banget"
"Grup apa?"
"Grup perpustakaan"
"Geng perpustakaan yang isinya temen-temen kamu waktu sd yang culun jadi nongkrongnya di perpus terus?"
"Iya, solid kan!"
"Hmm... Iya solid juga ya..."

Setelah beberapa lama keliling-keliling, mama menelpon, "Ca kamu dimana?" "Iya ini lagi keliling di jalan" "Cepet pulang jangan lama-lama!" "Iyaiyaa" dan akhirnya gue gak sempet ngomong ke mudi dan kita menuju rumah gue.

Gue lalu merenung, sebentar lagi gue sampai rumah dan hari ulang tahun gue hanya sekedar ini saja, mudi hanya akan memberi gue hadiah dan lalu selesai.

Sesampainya di rumah, entah kenapa mudi nggak muter balik di tempat biasanya, lalu dia parkirkan mobil, dan bilang "Yang, kamu bisa ambilin gunting gak?" gue yang bingung dan udah lelah dengan kelakuan dia yang minta di tabok setiap dia buka mulut, hanya bisa membalas, "Gamau. Ambil aja sendiri."

"Heeh kok gitu!"
"Lagian. Kenapa gak dari kemaren2 guntingnya."
"Ayo dong sayang, bentar aja"
"Hhhh yaudah yaudah"
Lalu gue turun dari mobil, dan dia ikutan. Gue bingung, kan gue doang yang disuruh ambil gunting ngapa dia ngikut.

.
.
.

Lalu ketika sudah sampai di garasi rumah, terdengar suara bising yang tak asing.
Suara teriakan teman-teman sampis tercinta.
Gue hanya bisa memasang muka males di depan mudi, dan dia menyuruh gue buka pintu.
Gue pun mendorong pintu, dan apa yang ada di depan gue, sungguh absurd.

Tiba-tiba ada seorang lanang dan ochi, berlari melintas ruang tamu gue. Lalu ada gusti di balik tembok, sambil memegang balon air bersiap melempar ke gue namun berubah pikiran di tengah jalan dan kembali mengumpat lagi. Wtf. Sejenak, gue merasa rumah gue telah berubah menjadi sekolah.

Dhana keluar dan langsung teriak, "serang icil!!!"
Tiba-tiba semua bermunculan satu persatu dengan balon air mengejar gue keluar rumah. Mereka menimpuk gue dan berharap balon itu untuk pecah dan membasahi tubuh gue, namun kenyataannya, balon itu tidak pecah sama sekali dan hanya menghantam badan gue dengan massa yang berat itu. Bahkan sampai lingga langsung mengarah ke kepala gue, tapi yang terjadi hanyalah gue meringis kesakitan karena merasa telah tertimpuk sama bola sepak beneran.

Ochi langsung berpikir untuk rencana selanjutnya, membasahi gue dengan selang karena ternyata balon berisi air tidak berguna apa-apa.

Dalam keadaan chaos seperti itu, gue memperhatikan satu-satu, semua temen di geng gue ada. Gusti, ochi, dhana, lingga, bayu, lanang, hisyam. ya kecuali 2 orang (fikri dateng abis itu pas lagi makan-makan doang, dan celi gabisa dateng soalnya ada inten) tapi bahkan yang gue tidak harapkan untuk datang, ada.

Walaupun sehabis itu gue udah kedinginan kayak cihuahua, gue senang karena mudi telah menepati janjinya.

*flashback beberapa minggu yang lalu*

"Ayang, aku boleh minta sesuatu gak sama kamu?"
"Apa yang?"
"Buat ulang tahun aku nanti... Kumpulin temen-temen kita ya? Aku kangen banget sama kita semua... Aku ngerasa kita agak merenggang akhir-akhir ini."
"Iya... Aku usahain ya."

Gue dengan sikap suudzon gue, sempet berpikir kalo mudi gabakal bisa sebenernya, tapi ternyata gue salah, untung gue salah, karena hari yang tadinya gue kira bakal bahagia tapi ternyata menyedihkan tapi akhirnya... kembali lagi jadi bahagia.

Hari di habiskan dengan kita makan bersama, yang ternyata hidangannya telah di masak oleh mama gue dan beberapa asisten lainnya, ternyata mereka bersengkongkol dengan teman-teman udah ngerencanain ini dari kemaren tanpa sepengetahuan gue.

Setelah main 1 game werewolf, dan foto-foto di tangga karena disuruh mama. Teman-teman akhirnya pulang meninggalkan rumah gue dengan perut kenyang dan capek habis banyak ketawa. Lalu sebelum mudi pulang, dia tiba-tiba menawarkan sebuah martabak. Dan gue dengan anehnya, juga langsung mau aja ditawarin.

"Hah martabak?"
"Iya, hadiah ulang tahun kamu martabak."
"Hmm yaudah mana"

Kita kembali ke mobil dia, dan ia menyuguhkan sebuah kotak putih yang tipis, emang sih keliatan kayak martabak. Tapi gue curiga, mana ada martabak setipis ini. Dan ketika gue buka...

JREEEENGGGG!!!
Ternyata isinya adalah sebuah clapper board.
Iya, clapperboard yang dipake buat sutradara kalo bikin film.
Gue emang sempet bilang ke dia ketika dia nanya gue mau apa ("Pokoknya sesuatu yang semua sutradara punya!" dan dia membalas "Apa, toa?" "...") tapi dia juga bilang kalo itu lumayan mahal dan dia sempet nanya "Kalo hadiah kamu bukan yang kamu mau, gapapa kan?" dan gue pun hanya bisa mengerti dan akan terima apapun yang dia berikan.

Tapi ternyata, dia berhasil bikin gue terkejut dengan riang lagi, gue kesenengan dan teriak-teriak pas liat itu untuk pertama kali. Yang bikin lucu ya tulisan di clapperboardnya itu, ketika dia berusaha melawak. Dan di kolom "Director" dia menulis nama gue.

Akhirnya gue memperoleh clapperboard pertama gue, yang diberikan oleh aktor pertama gue, padahal gue masih sutradara amatiran yang masih belajar juga. Tapi gue akan terus berjuang dan tidak akan mengecewakan teman-teman dan keluarga gue yang sudah memberi kepercayaannya.

Setelah berbahagia dengan si dia, akhirnya gue kembali masuk rumah dan dia pulang.

Malamnya, gue dengan keluarga gue menyantap steak gratis yang bisa diperoleh setiap kali ulang tahun. (dan ternyata ada kue lagi dateng dikasih mas-masnya sambil nyanyi happy birthday terus diliatin se-restoran)

Gue bersyukur malam itu, hari ulang tahunku ke 18, ulang tahun terakhirku di masa SMA. Gue habiskan bersama seluruh keluarga dan sahabat. Gue bahagia, dan untuk pertama kalinya, gue  tidak harus memaksa diri sendiri untuk tersenyum.

Terimakasih ya Allah, terimakasih mama, terimakasih mudi (maaf udah marah sama kamu seharian, ternyata semua kesalahan kamu terbayarkan), dan terimakasih ke 10 temanku yang lainnya.

I'll see you soon, 14th of March.

(Written in 17-18 March 2016)

Saturday, February 27, 2016

Sampai Jadi Debu

Tak ada kata terucap
Suasana hanya tertelan oleh lantunan melodi di audio mobil
Memainkan lagu yang diputar melalui telfon genggamku

Aku baru saja menemukan lagu bagus, dan aku ingin segera mengenalkannya kepadamu
Memang selera kita berbeda, sangat jarang untuk menemukan momen dimana kita bisa sama-sama menyukai 1 lagu tertentu
Tetapi dengan cara kita yang selalu ingin memberi tahu tentang dunia kita masing-masing
Sehingga pendapat menjadi tidak terlalu penting.

Aku selalu ingat dengan lagu yang kita dengar bersama
Dengan tanganmu di tanganku
Dan kepalaku dipundakmu
Memandangi lampu-lampu mobil berkelap-kelip menerangi seisi kota
Bersenandung dalam hati
Mengikuti irama suara
Semuanya mempunyai tempat khusus untuk kureka ulang
Karena semuanya tidak pernah hilang dari kepalaku...

Sampai kita tua
Sampai jadi debu
Ku di liang yang satu
Kau di sebelahku...

(oleh Banda Neira)

ARSP
Feb 27 2016

Friday, February 19, 2016

impromptu series

I dont know how this happened, there's no script or actors, it's just need a really stupid fellow friends and a camera. And I happened to have both of them at the time. (Well i always have stupid friends, but not always the camera) And this represent how our days are usually goes. I present to you, my first ever mini series: Celi The Jerk Trilogy!!


ARSP
*better leave before celi sees this and kills me*
*atleast this isnt youtube*
Feb 19 2016

Sunday, February 7, 2016

For You.

Falling in love is just a funny thing
Sometimes you could be with someone, but not really fall in love with that someone
And you could love someone that you have no idea that you're in love with
A little sign that you ignored the past month, could actually be happening in the future
When you look back, you said something in your mind like, "Hahaha, it has always been you."

This is not a post describing my life
This post I would like to dedicated to the man who sees the best in me in my worse time,
To the man who knows how to make me laugh
To the man who unfortunately have to stopped by with me first before he met the very girl that suits him really well
(who actually have appeared in my mind that he would be so much perfect together with the figure of her)

I'm so glad to see you this happy,
I'm so glad that somebody could pick you up when you fall and fix you.
Let's just cross our fingers, and hope it won't end up so bad as the previous one.

Amen.

Feb 7 2016
ARSP

Tuesday, January 5, 2016

The Past is never the Best

School starts in... 6 more hours.
The past 2 weeks off had been... Quite flashback-y
Gue kembali reuni bersama geng-geng lama gue di SMP, and i realize that we weren't that different at all from where we were back then. Nothing particularly has change.
But something new happened, when a friend from a very long past of mine came by, from my first elementary school which i left when i was 2nd grade.
It was really weird how i still remember so much stuffs from back then, we talked about other friends and how much they have change.
Being with her, made me miss my old life, when i was still a child and have no problem except when my mom didn't let me keep a colored chick that some guy sell infront of my school.
My life then was pretty amazing, i always like it then than now. And talking to her and realizing that every friends i had there still has an amazing life now, made me think, what might have been if i never left them?
What would I be now,
Or with whom will i be hang out with.
Will i have a life as cool as them.
Or make me a lot different person than i am today.
But then i remember, how sad i was as a person, even when I'm only a child. I was that type of girl who's envy of the pretty girls. I want to be friends with them, and i want to be them.
And that what made me stop thinking, and stop wishing to go back.
I'm fine as i am now, I'm not perfect i have a lot of flaws, but I'm glad to be me at this point of time. I'm surrounded by a bunch of stupid people I loved. So why would i wanna go back?
There's no point of holding on to the past, this is the future, this is now. And you got everything to control it, its your destiny.

So kid, no matter how much the past seems so wonderful to you, that's just that, and you could not have them back, instead you just gotta be loving what you have now, and fight for your future ahead.

1:03 AM
Fuuuuuuuu-!

The Worst Nightmare

What if we die tomorrow
What if our family's gone
and left you all alone
What if everything's not working out
What if everything we do is wrong
What if our do's will scared people away
What if the next journey of our lives are gonna be so much harder
What if our loved ones left us
What if things turned out to be different than we imagine
What if there's nothing we can do to make things better
What if... You die before you can make yourself proud

ARSP
11:18 PM
Last day before school starts.

Sunday, January 3, 2016

NEW YEAR'S RESOLUTION = BULLSH*T???

Kenapa kayanya cuma gue yang ngerasa kalo tahun baru itu bukan sesuatu yang spesial??

Jam 11:59 December 2015 tidak ada bedanya dengan jam 00:00 Januari 2016. Ya memang pergantian tahun. Tapi, setiap hari juga pergantian tanggal. Pergantian jam. Pergantian detik. Semuanya sama-sama tidak bisa terulang kembali.

12 bulan udah selesai, 12 bulan lagi yang harus kita lalui. Tapi ya, kalo kitanya sama-sama aja tiap tahun, apa yang berganti??

"New year, new book." Okay. Tapi lo sendiri sebagai penulisnya kan. Kalo emang gitu, gantilah pena yang lo pake jadi lebih bagus lagi, atau kertasnya jadi yang lebih berkualitas. Jangan bikin buku yang gitu-gitu aja. Bosen bacanya.

Gue inget waktu gue SD, gue sok-sok an bikin "new years resolution", tapi keesokan harinya, tu kertas udah kagak tau kemana.

Yaa bisa gue bilang, "new years resolution" itu agak bullshit. Well, for some people, it just something that we do to remember our flaws for the past year, and try to fix it the year after. Or maybe, something to make us do new stuffs. That we ended up not doing it, because we're too cozy on our comfort zone.

I don't judge sih, karena pasti bakal kembali lagi ke diri kita sendiri. Tapi gue lebih mending nggak usah nulis apa-apa, soalnya nanti bakal jadi tuntutan buat kita, dan bisa ngebebanin kita. So yeah, if you really want to do it, don't spent time on listing it down, and just go for it!

Gue sendiri juga begitu sekarang, otak gue adalah catatan resolusi taun baru sendiri. InsyaAllah.

ARSP
Peace out
4 Jan, 2016